Sukses Diuji Coba di Bus, Toyota Akan Kembangkan Truk Heavy Duty Berteknologi Hidrogen Fuel Cell

Sukses Diuji Coba di Bus, Toyota Akan Kembangkan Truk Heavy Duty Berteknologi Hidrogen Fuel Cell
Memang truk ini tak akan menghasilkan emisi gas buang, namun proses produksi hidrogen terkompresinya masih menggunakan banyak sumber daya listrik.
 

Setelah sukses mengembangkan bus listrik berteknologi hidrogen untuk Olimpiade Tokyo 2020 dan Paralympic Games, raksasa pabrikan otomotif Toyota Motor berencana mengaplikasikan teknologi yang sama pada truk heavy duty.
 
Mengutip situs Trucks.com, untuk menjalankan project ini, TMC menunjuk pusat riset dan pengembangan Toyota di AS untuk mengembangkan powertrain-nya yang kelak akan diaplikasikan pada truk heavy duty, yang di pasar AS dikategorikan sebagai truk Class 8.
 
Sumber-sumber di internal TMC menyatakan, Toyota meyakini teknologi fuel cell hidrogen bisa dimanfaatkan untuk sistem penggerak kendaraan transportasi massal. Karenanya, Toyota kini melakukan studi kelayakan untuk mengetahui biaya dan performanya.
 
Pengujiannya dilakukan di California, negara bagian di bagian barat AS yang selama ini dikenal sangat serius mengembangkan teknologi kendaraan ramah lingkungan rendah polusi melalui penerapan teknologi ramah lingkungan pada sistem transportasi di seluruh negara bagian tersebut.
 
Bulan lalu, TMC menyatakan, akan memproduksi bus listrik dengan teknologi hidrogen mulai tahun 2017. Bekerja sama dengan Badan Transportasi Pemerintah Kota Metropolitan Tokyo, TMC akan memproduksi 100 unit bus untuk dioperasikan di Olimpiade Tokyo 2020 dan Paralympic Games.
 
Toyota meyakini, hidrogen akan menjadi sumber energi di masa depan. "Senang jika menyaksikan Toyota sedang menuju ke sana," kata David Reichmuth, senior vehicles engineer di organisasi nirlaba Union of Concerned Scientists di AS. 
 
Truk heavy duty dengan teknologi hydrogen fuel cell yang akan diproduksi Toyota tidak akan menghasilkan emisi gas buang apapun yang mengotori lingkungan, meski proses produksi hidrogen terkompresinya menggunakan banyak sumber tenaga listrik.
 
Teknologi fuel cell berukuran lebih kecil dan lebih ringan ketimbang teknologi baterai elekrik. Teknologi ini membutuhkan tangki hidrogen bertekanan yang dapat diisi ulang dengan lama pengisian hampir sama seperti pengisian solar pada truk konvensional. Sementara, lama pengisian daya listrik untuk baterainya membutuhkan waktu beberapa jam sampai bisa terisi penuh.