Aksi Heroik Sopir Bus Di Kenya, Selamatkan 47 Penumpang Dari Berondongan Peluru Kelompok Militan

Aksi Heroik Sopir Bus Di Kenya, Selamatkan 47 Penumpang Dari Berondongan Peluru Kelompok Militan
Di aksi serangan ini, sopir bus bernama Raymond Juma mati-matian melindungi 47 penumpang busnya agar tetap selamat dari serangan peluru.
 

Sejak lama Kenya dikenal sebagai negara yang kondisi politiknya kurang stabil, karena aksi separatisme kelompok militan yang saling bertikai. Aksi separatisme itu kerap menyasar warga sipil. Seperti yang menimpa rombongan iring-iringan dua bus penuh penumpang di Kenya bagian Timur. Iring-iringan ini diserang kelompok militan, Kamis (2/1) lalu.

Di aksi serangan ini, sopir bus bernama Raymond Juma mati-matian melindungi 47 penumpang busnya agar tetap selamat. "Penumpang saya seperti ibu saya, kakak dan adik saya. Saya hanya melakukan apa yang orang lain akan lakukan untuk menyelamatkan diri saya dan orang-orang yang saya cintai," katanya kepada BBC.

Raymond Juma saat itu mengemudikan salah satu bus yang dikelola perusahaan Mobasa Raha, tiba-tiba diserang oleh orang-orang bersenjata berat di jalan antara kota-kota pesisir Mombasa dan Lamu.

Dia mengatakan, sekelompok orang bersenjata  dengan jaket militer tiba-tiba muncul tanpa peringatan dari belakang sebuah minivan yang diparkir di sisi jalan dan menembak ke udara, memerintahkan dia untuk menghentikan laju bus.

"Kejadian itu seperti adegan dalam film horor," kenangnya.

Ban depan yang kempes diberondong tembakan kelompok militan

"Karena saya tidak berhenti, mereka menembak langsung ke bus. Saya tahu jika saya berhenti, itu akan menjadi akhir hidup saya dan semua penumpang saya. Orang-orang menjerit dan menangis ketika tembakan dilepaskan. Dari kaca spion bus, saya melihat tembakan diarahkan ke badan bus. Itu benar-benar momen paling menakutkan dalam hidup saya," tuturnya.

Peluru menyerempet sisi bus dan salah satu peluru menusuk ban depan bus. Ban langsung kempes dan laju bus akhirnya terhenti di jarak 100 meter.

"Ketika saya berhenti, penumpang mulai melompat keluar dari jendela bus berusaha untuk menyelamatkan diri. Orang-orang berlarian ke mana-mana, termasuk ke dalam hutan," terangnya.

Ayah empat anak berusia 46 tahun itu mengatakan, dirinya terus berlari menyelamatkan diri selama satu jam sebelum dia ditemukan oleh sopir bus lain, yang memberinya tumpangan.

"Ini adalah momen paling menakutkan sepanjang hidup saya," katanya dengan suara tergetar. "Hanya karena rahmat Tuhan, karena kita beruntung bus tidak terguling dan kita semua hidup," imbuhnya.

Namun pengemudi bus kedua bernama Aboubakar Hemed, tidak seberuntung itu. "Kondektur saya terbunuh. Tidak menyadari apa yang terjadi di depan, dia menuruti permintaan orang-orang bersenjata ketika dia diperintahkan untuk menghentikan bus. Dia mengira mereka adalah petugas keamanan. Semua penumpang sebanyak 41 orang diminta turun," tuturnya.

Tiga pria di dalam bus itu dibunuh oleh para militan, yang diyakini sebagai anggota kelompok al-Shabab yang berbasis di Somalia. Beberapa lainnya terluka dalam serangan itu dan sedang dalam pemulihan di rumah sakit. "Kondektur saya terbunuh oleh para penyerang. Itu pengalaman yang sangat traumatis," kenangnya.

Dia mengatakan, penumpang busnya gemetar dan menangis ketika mereka turun dari bus sementara orang-orang bersenjata menunggu mereka. Beberapa keluar dan segera berlari untuk menyelamatkan diri. Tetapi untungnya tidak ada yang tertembak ketika mereka melarikan diri.