Bus Ugal-Ugalan, Bukti Minimnya Etika dan Empati di Jalan

Bus Ugal-Ugalan, Bukti Minimnya Etika dan Empati di Jalan
Bukan hanya mengganggu pengguna jalan lainnya, kelakuan seperti itu juga tak jarang membuat penumpang celaka dan memakan korban jiwa.
 

Miris melihat banyaknya video viral mengenai aksi bus ugal-ugalan di jalan akhir-akhir ini. Bukan hanya membahayakan penumpang, kelakuan seperti itu juga membahayakan pengguna jalan lainnya. Bahkan bisa menimbulkan korban jiwa.

Hal ini mendapat perhatian banyak pihak. Mulai dari komunitas penggemar bus, Bismania Community dan pemilik PO Haryanto pun mengomentari fenomena tersebut. Jusri Pulubuhu, instruktur dan juga pendiri Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC) juga urun berpendapat. Menurutnya, kelakuan supir bus yang sembrono itu disebabkan banyak sebab.

Paling dasar adalah minimnya pengetahuan dan kompetensi supir di jalan raya. Karena di Indonesia para driver direkrut berdasarkan pengalaman atau sekadar terbiasa mengendarai bus.

Supir bukan direkrut karena berbasis pendidikan seperti di luar negeri. SIM dikeluarkan dengan ketentuan sebatas umur dan kesehatan. Tanpa kompetensi pengetahuan berlalulintas. "Hal ini membuat etika dan empati saat berkendara tidak tampak," katanya saat  dihubungi pada Rabu (15/1).

Masalah ini juga bukan hanya datang dari sisi supir yang kurang kompetensi. Karena ketertiban dan kepatuhan pada keselamatan berlalulintas juga wajib ditegakkan oleh perusahaan angkutan tersebut.

Mulai dari sistem penggajian yang kerap 'kejar setoran', lalu supir yang tenaganya habis karena waktu istirahat kurang, hingga dari sisi perawatan armada. Semua harus bersinergi dengan aturan yang diterapkan oleh pemerintah. Sehingga ketertiban dan keselamatan bus dapat terjadi.

Sudah selayaknya di Indonesia ada lembaga yang bisa mengeluarkan izin untuk mengemudi bus secara khusus. Tak hanya menilai kelayakan mengemudi hanya berdasarkan keterampilannya, tetapi juga menilai tingkat attitude atau perilaku saat mengemudi.