Mari Berkenalan Dengan Daihatsu HIjet S 37

Mari Berkenalan Dengan Daihatsu HIjet S 37
Salah satu pelopor pikap kecil dan van di Indonesia
 

Pabrikan Jepang mendapatkan momentum untuk melansir kendaraan yang tepat guna, salah satunya, dipicu kondisi pasca Perang Dunia Kedua. Pada masa pemulihan ekonomi, paling tidak, sampai dekade ’60-an nyata membuat masyarakat butuh kendaraan yang lebih spesifik dalam beragam kepentingan bisnis mikro.

Salah satunya direspon oleh Daihatsu yang rajin membuat kendaraan angkut ataupun penumpang yang ‘tepat guna’. Seperti Midget model DKA atau yang lebih dikenal sebagai bemo roda tiga. Dibuat tahun 1957 dan bermesin 249 cc. Dan pada perkembangannya semakin banyak kebutuhan kendaraan ukuran kecil yang daya angkutnya lebih besar lagi serta lebih mudah dikemudikan, sampai kemudian muncullah Daihatsu Hijet.

Daihatsu Hijet pertama kali mengaspal di Indonesia lewat seri S 37 versi pikap bermesin 356 cc dua silinder (2 tak) seri ZM. Peruntukannya bukan untuk kebutuhan komersial, melainkan untuk membantu penanggulangan musibah erupsi gunung Merapi dan Semeru di tahun 1972. Ya, waktu itu pemerintah Jepang memberikan hibah berupa kendaraan angkut ringan kepada pemerintah Indonesia.

Dalam perjalanannya, Daihatsu Hijet terus diluncurkan ke pasar nasional lewat  kolaborasi yang dilakukan kelompok usaha Astra dengan Daihatsu. PT Daihatsu Indonesia berdiri pada tahun 1978, kemudian berubah menjadi PT Astra-Daihatsu Motor. Mobil pertama yang dilepas ke pasar pasca ikatan usaha itu adalah Hijet generasi keempat dengan kode S 38 yang tampil dalam bentuk minivan.

Setahun kemudian muncul seri 38 yang dikenal sebagai Hijet 55. Tak lama kemudian muncul Daihatsu Hijet 55 Wide (tipe S60) yang juga merupakan Hijet generasi kelima sebagai respon tren minibus waktu itu. Daihatsu Hijet 55 Wide sendiri bermesin 547 cc, panjangnya 3.195 mm, lebar 1.395 mm, tinggi 1.660 - 1.820 mm, dan jarak sumbu roda 1.820 mm.

Tahun 1983 munculah Daihatsu Hijet 1000 (tipe S65) sebagai Hijet generasi ke-6. Mesinnya 1000 cc dengan 3 silinder. Desain kabin depannya terbilang mewah dengan kemiripan pada mobil sedan. Setelah kemudian muncul beberapa kali ubahan, era Hijet di Indonesia berakhir dengan munculnya Zebra di awal era ’90-an yang kemudian dilanjutkan dengan era Espass (1994-2002). Penerus segmen mobil angkut ringan sekaligus minibus ini bagi Daihatsu masih berlanjut hingga kini dengan Gran Max.      

Termasuk kendaraaan yang populasinya besar di Indonesia pada masanya