Lancarkan Arus Pergerakan Barang dan Manusia, Lima Fly Over Akan Dibangun di Brebes dan Tegal

Lancarkan Arus Pergerakan Barang dan Manusia, Lima  Fly Over Akan Dibangun di Brebes dan Tegal
Dari kelima fly over yang akan dibangun, tiga di antaranya berada di Kabupaten Brebes. Yakni perlintasan Dermoleng di Ketanggungan, Kretek di Kecamatan Paguyangan, serta Karangsawah di Kecamatan Tonjo
 

Demi memperlancar arus pergerakan barang dan manusia di wilayah Jawa Tengah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun lima jembatan layang atau fly over di wilayah Kabupaten Brebes dan Tegal yang antara lain bersinggungan langsung dengan perlintasan rel kereta api.

Informasi yang kami himpun, Rabu (11/1/2017) menyebutkan, dari kelima fly over tersebut, tiga diantaranya akan dibangun di Kabupaten Brebes. Yakni di perlintasan Dermoleng di wilayah Kecamatan Ketanggungan, perlitasan Karangsawah di Kecamatan Tonjong dan perlintasan Kretek di Kecamatan Paguyangan.

Dari kelima fly over yang akan dibangun, tiga di antaranya berada di Kabupaten Brebes. Yakni perlintasan Dermoleng di Ketanggungan, Kretek di Kecamatan Paguyangan, serta Karangsawah di Kecamatan Tonjong.

Dua fly over lainnya yang akan dibangun di wilayah Tegal adalah di Desa Prupuk selatan Kecamata Margasari dan di Klonengan Kecamatan Margasari. Total anggaran yang disiapkan untuk membangun kelima fly over mencapai Rp 620 miliar.

PUPR

Pembangunan fly over ini nantinya juga akan ikut menunjang kelancaran arus mudik dan arus balik saat Idul Fitri tiba dari kota-kota di Jawa Barat dan wilayah Jabodetabek dan Banten menuju kota-kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian selatan.

Kalangan pengusaha angkutan darat seperti bus sangat menyambut positif inisiatif ini. Kurnia Lesani Adnan, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda (IPOMI) mengatakan, langkah itu sudah tepat. "Kementerian PUPR sudah memikirkan membangun infrastruktur membarengi semangat Kementerian Perhubungan yang ingin memperbaiki kualitas angkutan orang di jalan raya," kata Kurnia Lesani Adnan.

"Kebijakan ini boleh dibilang apple to apple agar pengusaha tak tertekan oleh biaya transportasi yang tinggi. Kami dituntut berubah tapi selama ini tidak dibarengi perbaikan kualitas infrastruktur. Sementara pemerintah juga tidak memberi kami insentif di bidang finansial," ungkapnya.