Truk ZIL-164, Si Buaya Jonggol

Truk ZIL-164, Si Buaya Jonggol
Konon, truk ini pernah digunakan dalam proyek pembangunan Gelora Bung Karno
 

Sosok truk ZIL 164 dipastikan menjadi pemandangan yang langka di jalanan dan bahkan boleh dikatakan tidak lazim jika anda temui di jalanan umum. Truk ini merupakan kepingan sejarah transportasi nasional yang saat ini termajinalkan, hingga hanya ditemui di pinggiran kota, seperti daerah Jonggol ataupun sekitar Hambalang, Bogor Jawa Barat.

Umumnya truk-truk asal Uni Soviet ini  sekarang digunakan sebagai pengangkut pasir dan batu seperti sungai Cipamikis di wilayah Jonggol. Truk dengan moncong panjang dan grill horizontal ini dijuluki sebagai truk buaya. Ternyata truk Toyota FA/DA punya saingan dalam hal nama.

Pemberian julukan ini ternyata bukan melulu karena bentuknya. Menurut haji Herman, salah seorang pemilik truk, bertutur bahwa truk ini cukup dapat diandalkan untuk mengangkut pasir atau batu dan tidak ada kendala berarti walau harus direndam di dalam aliran sungai. “Seringkali truk ini harus memuat material pasir atau batu dari dalam sungai, sehingga harus merayap di sungai seperti seekor buaya,” kekeh pengusaha batu kali pemilik dua unit truk tua yang tersisa ini.

Mengenai asal muasal keberadaan truk inipun di Indonesia termasuk kurang terang benerang. Namun konon truk ini pernah terlibat dalam pembangunan Stadion Gelora Bung Karno yang diinisiasi pada 1960  hingga 1962. Namun ada juga yang mengatakan bahwa truk ini merupakan bagian dari kesepakatan pembelian militer pada jip GAZ 69 pada tahun 1958.

Pada dasarnya ZIL (Zavod Imeni Likhacheva) 164 merupakan truk dua gandar yang dibuat pada tahun 1957 hingga 1965. Truk ini menggunakan mesin 6 silinder, berkapasitas 5.500 cc yang mampu menghadirkan tenaga 97 hp dan torsi 324 Nm yang dikawinkan dengan girboks manual 5 speed. Mesin dengan model side valve, memiliki cara kerja yang sama dengan L-134 Go Devil yang digunakan pada jip perang Willys, asal Amerika.

Dengan rasio kompresi 6,2:1, mesin ini masih mampu dioperasikan dengan menggunakan bahan bakar kerosin atau minyak tanah apabila dalam kondisi darurat. 

Mesin 6 silinder, spare partsnya sudah susah dicari

 

Aki soak? Tak masalah, mesin bisa dinyalakan dengan diengkol

Ada hal yang menarik dari nama ZIL ini. Semula pabrikan ini bernama ZIS (Zavod Imeni Stalina), namun pada masa pemerintahan Nikita Khrushchev tepatnya pada 1956, nama tersebut diganti, lantaran dianggap terlalu berbau pemujaan terhadap Joseph Stalin. Sedangkan nama Likhacheva yang menggantikannya, diambil dari nama direktur ZIL ketika itu.

Sebagai informasi, ZIL yang pernah malang melintang di berbagai jalanan, khususnya Eropa Timur ini, harus berhenti produksi pada 2012 silam. Kepingan sejarah kejayaan otomotif era Uni Soviet itu memang tersebar, salah satunya di sungai-sungai di daerah Jonggol.

Di berbagai sumber, desain dan teknis truk ini konon merupakan hasil jiplakan dari truk perang Studebaker asal Amerika Serikat.

Kenyamanan, jadi prioritas ke 137