Mendesain Bus Ala Laksana, Langsung Ukuran Sebenarnya

Mendesain Bus Ala Laksana, Langsung Ukuran Sebenarnya
Membuat prototype juga tanpa lewat proses ‘clay’
 

Saat berkunjung ke markas karoseri Laksana, didapati informasi sebuah perusahaan karoseri merilis model maupun varian desain terbaru setiap tiga tahun. “Agar setiap pemesan akan selalu mendapatkan desain yang terbaru sesuai siklus desain, desain kami yang lama tidak lagi kami sodorkan ke pemesan. Kalaupun ada yang meminta ubahan pada desain Laksana yang sebelumnya untuk dirubah dengan desain yang baru kami bisa terima,” buka Kusririn sebagai R&D Manager Laksana.

Ditemui secara khusus beberapa waktu lalu (5-6/7) di Ungaran, Jawa Tengah,  diterangkannya lagi bahwa setiap desain terbaru akan dihasilkan setelah memakan waktu dua sampai tiga bulan hingga tahap purwarupa.  

Semua prosesi desain, uji coba sampai membangun bodi sesuai pesanan akan berlangsung sepenuhnya di komplek industri Laksana yang ada di wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Hal itu karena mayoritas komponen yang ada di bodi lansiran Laksana memang didesain, di tes, sampai diproduksi pada unit-unit produksi yang masih dalam satu atap perusahaan. “Termasuk desain lampu-lampu eksterior, kami satu-satunya karoseri di Indonesia yang bisa melakukan itu semua dalam satu atap,” kata Ririe yang merupakan panggilan akrab Kusririn.

Detail dari setiap bus buatan karoseri Laksana didesain dan dibuat secara satu atap

Khusus untuk proses desain, perusahaan karoseri yang sudah beroperasi selama 46 tahun ini melakukannya dengan pendekatan yang unik. Ririe menjelaskan bahwa pihaknya juga pernah berada di masa dimana desain lansiran mereka mengadopsi desain bus yang beredar di Eropa.

Seiring berjalannya waktu, desain-desain ala bus Eropa tersebut ternyata punya sejumlah kelemahan.  “Ada saja yang setelah dilihat-lihat, serta dioperasikan oleh pemesan, ternyata kurang klop dengan kondisi lokal, akhirnya kami memutuskan untuk membuat desain yang semaksimal mungkin desainnya sesuai kondisi di Indonesia,” ungkap pria yang bergabung dengan Laksana di tahun 2000 ini.

SR1 merupakan desain awal dari Laksana yang dianggap Ririe merupakan basis dari desain yang karakternya sesuai jalan di Indonesia. “Ada tiga hal yang harus dipastikan dari setiap desain bus kami, pertama soal proporsi, kemudian karakter desain, dan detail,” yakinnya.

Desain SR merupakan tonggak kemandirian Laksana dalam membuat desain bus

 

Kusririn, salah satu 'Bapak' desain SR

Dari tiga hal itu akan menjadi panduan yang berkelanjutan saat mendesain bus dengan ukuran maupun basis sasis yang berbeda. Karena menurut pria yang tinggal di kota Salatiga ini, tidak boleh ada yang berbeda secara filosofi desain, konstruksi bodi sampai pemakaian bahan dalam setiap unit bus di Laksana.

Tentu saja pihaknya masih membuka ruang diskusi yang lebar dengan pihak pemesan untuk sejumlah detail yang diminta. Sebut saja, bus untuk peruntukan rute di pulau Jawa yang dominan jalur lurus membutuhkan struktur bodi yang lebih ‘kaku’ dibandingkan bus yang akan dipakai di jalur pulau Sumatera yang dominan kelokan sehingga diperlukan reinforce pada titik-titik tertentu sembari membiarkan titik-titik tertentu di struktur yang lain untuk bisa ‘fleksibel’.

Hal serupa juga mempertimbangkan desain bumper depan maupun belakang bus yang pada  prakteknya akan naik-turun kapal penyeberangan.

Bagian buritan, salah satu sisi yang tersulit dalam mendesain bodi bus

Dari setiap desain yang terpilih untuk diproduksi, dijuraikan lagi oleh pria kelahiran Batang, Jawa Tangah, telah melewati seleksi dari banyak desain bersama tim desain untuk kemudian terpilih dari ‘tiga besar’ sebagai ‘desain final’ dari 15 desain unggulan yang ada sebelumnya. “Kemudian langsung kami buat prototype dalam bentuk skala satu banding satu, materialnya sama dengan versi jadinya nanti,” jabarnya.

Saat ditanyakan soal tidak adanya pemakaian clay dalam proses pembuatan purwarupa, sambal tersenyum diterangkan bahwa ada semacam ‘soul’ yang hilang dari sebuah desain jika harus ada tahapan membuat simulasi bodi dengan tanah liat itu. “Ini gaya kami, semacam tradisi” kekehnya.

Versi purwarupa itupun juga masih belum benar-benar tuntas. Masih akan ada proses penyesuaian detail, tidak jarang memerlukan penggantian cetakan moulding atau jig atas sejumlah detail yang dianggap belum sesuai keselarasan desainnya. “Kebetulan semua proses tadi bisa dilakukan pada satu perusahaan yang sama, jadi setiap produk jadinya memang benar-benar merupakan produk menyatu di seluruh aspeknya. Dan nanti prototype itu akan kami hancurkan setelah ada approval tim manajemen untuk bisa diproduksi,” jelasnya panjang lebar.

Khusus untuk jok di setiap desain memang akan melibatkan pihak eksternal Laksana. “Namun setiap desain jok akan tetap disesuaikan desainnya dengan desain bus secara keseluruhan, dan pemasangannya tetap dilakukan di unit produksi yang ada di Ungaran ini,” pungkasnya.    

Versi purwarupa bus Laksana skalanya sama dengan bentuk aslinya

Baca juga : Laksana Kembali Naikkan Standar Keamanan

Baca juga : Bagaimana Mercedes-Benz Dan Karoseri ‘Ngobrol’ Desain?