‘Selendang’ Itu Nyawanya Bis

‘Selendang’ Itu Nyawanya Bis
Bagi karoseri Laksana jadi salah satu penentu keserasian desain bus
 

Desain bodi bus SR1 dari karoseri Laksana hingga saat ini banyak dianggap sebagai salah satu ikon desain otomotif karya anak bangsa. Berdasarkan pengakuan Kusririn yang menjabat sebagai R&D Manager Laksana, desain SR1 karakternya sesuai kondisi jalan di Indonesia.

Sejurus kemudian dijelaskan soal prinsip dasar dari desain yang jadi benang merah setiap model bodi bus buatan perusahaan yang bermarkas di Ungaran, Jawa Tengah, itu. “Ada tiga hal yang harus dipastikan dari setiap desain bus kami, pertama soal proporsi, kemudian karakter desain, dan detail,” sebut Kusririn.

Dari tiga hal itu akan menjadi panduan yang berkelanjutan saat mendesain bus dengan ukuran maupun basis sasis yang berbeda. Karena menurut pria yang tinggal di kota Salatiga ini, tidak boleh ada yang berbeda secara filosofi desain, konstruksi bodi sampai pemakaian bahan dalam setiap unit bus di Laksana.

Dua titik tersulit dalam setiap desain bus Laksana

Meski begitu, masih terbuka ruang diskusi yang lebar dengan pihak pemesan untuk sejumlah detail yang diminta. MIsalnya, bus untuk peruntukan rute di pulau Jawa yang dominan jalur lurus membutuhkan struktur bodi yang lebih ‘kaku’ dibandingkan bus yang akan dipakai di jalur pulau Sumatera yang dominan kelokan sehingga diperlukan reinforce pada titik-titik tertentu sembari membiarkan titik-titik tertentu di struktur yang lain untuk bisa ‘fleksibel’.

Belum lagi soal detail interior seperti jok, panel lampu kabin, sampai desain toilet. Bahkan acap kali ada juga opsi tukar pikiran atas desain bumper depan maupun belakang bus yang pada  prakteknya akan naik-turun kapal penyeberangan.

Dari prosesi tadi ada satu hal yang tak bisa diabaikan keberadaannya dari setiap desain bus Laksana, ‘garis identitas’ yang ada di bagian “bonnet” hingga ke seperempat bodi samping. Dan tentu saja hiasan di kaca samping bagian depan yang dikenal sebagai ‘selendang’ yang umumnya ada pada bus ukuran besar.

'Selendang' titik utama sinkronisasi seluruh tarikan garis di bodi bus

“Selendang itu nyawanya bis,” singkat Kusritin yang akrab dipanggil Ririe ini. Hal itu karena bagaimanapun sebuah bus akan dilihat sosoknya dimulai dari sisi depan kemudian ke sisi samping. “Bagi kami yang namanya garis dari lampu depan itu harus ‘nyambung’ sampai ke sisi samping bahkan ke belakang bus. Dan ciri khas dari setiap desain Laksana ada di ‘garis yang ‘nyambung’ itu,” jelasnya lagi.  

Diakui Ririe bahwa sekilas terlihat sederhana saja uraiannya tadi, namun diklaimnya bahwa hal itulah yang membuat desain Laksana mudah dikenali sekaligus sulit dijiplak. “Garis yang nyambung tadi juga berkaitan kontruksi bodi bis itu sendiri, ada sejumlah detail yang tidak mudah ditiru, termasuk oleh bengkel body repair di luar kami yang sedang memperbaiki bodi bus buatan Laksana,” ungkapnya sambal menyebut bahwa proses memastikan satu desain bus bisa memakan satu tahun dari mulai sketsa.

Tarikan garis dari lampu depan yang tersambung hingga ke buritan, ciri khas desain Laksana

Dari setiap desain yang terpilih untuk diproduksi, dijuraikan lagi oleh pria kelahiran Batang, Jawa Tangah itu, telah melewati seleksi dari banyak desain bersama tim desain untuk kemudian terpilih dari ‘tiga besar’ sebagai ‘desain final’ dari 15 desain unggulan yang ada sebelumnya. “Kemudian langsung kami buat prototype dalam bentuk skala satu banding satu, materialnya sama dengan versi jadinya nanti,” jabarnya kemudian.

Rangkain 'titik temu' garis desain yang paten di tiap bus Laksana

Baca juga : Inilah Aturan Pemerintah Soal Dimensi Bus

Baca juga : Bisnis Perusahaan Otobus Semakin Menjanjikan?