Shell Bedah Implementasi Penggunaan B30

28 February 2020
Suryo S
 
Penggunaan B30 akan merubah wajah dunia usaha, termasuk treatment perawatan unit kendaraan dan juga hal teknis lainnya.
 

Biosolar B30 merupakan sebuah keniscayaan bagi Indonesia. Karenanya Shell Indonesia merasa penting untuk menggelar acara Shell Expert Connect yang merupakan wadah kolaborasi dan forum diskusi tentang tren industri terkini pada 20 Februari 2020 di Jakarta.

Pada kesempatan kali ini, Shell bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lemigas mengambil topik “Maximizing Performance in B30 implementation Era” yang dihadiri oleh lebih dari 160 mitra dan pelaku bisnis. 

“Shell berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, terutama pelaku bisnis, dalam berbagi informasi dan pengetahuan mengenai teknologi terkini dan penerapannya tutur Andri Pratiwa, Deputy Director Shell Lubricants Indonesia. Pihaknya siap bekerjasama mengantisipasi tantangan yang mungkin terjadi di masa depan, dan sekaligus turut memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan ilmu dan teknologi di Indonesia.

Kesiapan implementasi B30 ini dilakukan juga oleh HINO, salah satunya dengan melakukan inovasi pada fuel system truk dan bus produknya dengan memperbesar kapasitas fuel filter serta menyiapkan option fuel strainer. Selain itu mengubah bahan pelapis pada fuel tank dan piping untuk meningkatkan daya tahan kendaraan terhadap penggunaan B30 pada produknya.

Mohammad Rachman Hidayat, Shell Asia Pacific Product App Specialist, memaparkan tantangan–tantangan yang dihadapi pelaku bisnis yang menggunakan B30 dibanding dengan bahan bakar konvensional. Secara umum B30 berbasis POME (Palm Oil Methyl Ester) sangat mempengaruhi sistem bahan bakar dan pelumasan. Rahman menuturkan dari sisi nilai korosi pada temperature tinggi, POME yang dipakai di Indonesia memiliki tingkat keasaaman yang rendah dibandingkan dengan RME (Rapeseed Methyl Ester) yang biasa digunakan di Eropa.

“Berdasarkan pengalaman dan data Shell, pelumas yang memiliki klasifikasi mutu oil mesin API Service CI-4 terbukti mampu mengatasi bahan bakar B30 atau lebih. Hal ini disebabkan API CI-4 ini memiliki sifat soot handling yang lebih baik dibanding klasifikasi API Service di bawahnya. Klasifikasi CI-4 juga compatible dengan mesin dengan standar emisi EURO IV (non-DPF) yang akan segera di terapkan di Indonesia. Karena B30 memiliki kandungan Sulphur yang lebih rendah, sehingga memungkinkan untuk memperpanjang oil drain interval,” jelas Rahman.

Sebagai penutup, Bambang Wahyudi,VP Technical Shell Lubricants Indonesia mengharapkan akan lebih banyak lagi forum-forum seperti ini untuk memberikan kesempatan bagi pelaku bisnis untuk memahami informasi-informasi teknis yang didukung oleh data ilmiah dan dapat membantu peningkatan produktivitas. 

“Forum diskusi, mampu membantu pelaku bisnis dalam mengimplementasikan kebijakan yang diwajibkan untuk industri dan meminimalisir dampak negatif dari penyebaran informasi yang tidak didukung oleh data ilmiah,” tutupnya.

 

Bagikan

 
 

Berita Terbaru

 

Berita Terkait