Sleeper Bus, Diakui Kenyamanannya Tapi Diragukan Keamanannya

Sleeper Bus, Diakui Kenyamanannya Tapi Diragukan Keamanannya
Menjadi alternatif perjalanan satu malam yang mengutamakan kenyamanan bagi penumpang, ternyata tak serta merta membuat sleeper bus 100 persen aman. Banyak juga kisah pilu dari 'hotel berjalan' ini.
 

Hadir sebagai alat transportasi yang mengutamakan kenyamanan bagi penumpang, ternyata tak serta merta membuat sleeper bus 100 persen aman. Banyak juga kisah pilu dari 'hotel berjalan' ini.

Termasuk kejadian di Indonesia yang melibatkan bus Suite Class PO Sinar Jaya, dengan truk di Tol Ungaran, Jawa Tengah pada 14 Februari lalu. Di mana kejadian itu berujung pada meninggalnya dua orang penumpang.

Ternyata meski mengantungi izin laik jalan, jaminan faktor keamanan sleeper bus masih diragukan. Hal ini bukan hanya berlaku di tanah air, tapi juga di beberapa negara Asia.

Contohnya adalah kecelakaan sleeper bus dengan truk di Vietnam pada 2015 yang mengakibatkan 12 penumpang meninggal dunia. Termasuk dua wanita hamil yang saat itu menjadi tragedi nasional di sana.

Bahkan dilansir thanhniennews.com via Tirto.id, otoritas Departemen Perhubungan Vietnam melarang melintasnya sleeper bus di jalur pegunungan sempit sejak Juli 2015. Pemicu pelarangan tersebut adalah jumlah kecelakaan yang mencapai 90 persen dari seluruh insiden bus di Vietnam sepanjang 2014.

Bahkan Tiongkok jadi salah satu negara yang melarang kehadiran sleeper bus. Dari China.org.cn, pada tahun 2012, Departemen Perindustrian dan Teknologi serta Kementerian Keamanan Publik China mengumumkan untuk menghentikan penjualan dan produksi sleeper bus.

Pemicunya lagi-lagi karena banyaknya korban jiwa akibat kecelakaan. Salah satunya tabrakan antara sleeper bus double decker dan truk tangki metanol di Yan'an pada Agustus 2012. Kejadian ini mengakibatkan 36 penumpang bus meninggal dan 3 luka-luka.

Toh demikian, tak semua sleeper bus bercitra negatif dan penuh tragedi. Di Jepang, bus Dream Sleeper justru jadi alternatif perjalanan malam Tokyo-Osaka.

Dalam perjalanan selama 8 jam tersebut, selain dikawal oleh dua supir, bus juga wajib beristirahat setelah menempuh perjalanan 4 jam. Sehingga kondisi supir selalu prima saat menyetir. Hal ini yang patut dicontoh di tanah air.