Wiwin Nayati, Cerita Perempuan Tangguh di Tambang Batubara (3)

Wiwin Nayati, Cerita Perempuan Tangguh di Tambang Batubara (3)
Bekerja di dunia pertambangan, selalu merasakan kebersamaan. Bahkan, di tengah beratnya pekerjaan, kisah asmara pun muncul.
 

Bekerja sebagai operator truk tambang membuat Wiwin Nayati banyak mendapatkan pengalaman seru dan tak terlupakan selama menjalani training ini. "Banyak sekali keseruan yang didapat.  Karena unit yang saya bawa ini bagian depan dan belakang beda, saat awal-awal nyetirnya sempat patah-patah. Sering salah-salah, misalnya saat harus mundur hehe...," ujarnya.

Selama menjalani proses training di perusahaan tempatnya bekerja Wiwin mengaku sudah merasakan kekompakan dan kekakraban diantara para trainee, termasuk dengan para senior yang ikut membimbingnya sampai bisa.

"Misalnya kalau saaat tiba makan siang, kita selalu bersama-sama. Sebagian ada yang membawa makanan dari rumah, yang di site kita makan bersama-sama saling berbagi," ujarnya. Begitu juga saat tiba jam istrirahat. "Biasanya kita suka ngumpul bareng. Luar biasa pokoknya. Suasana kerjanya tidak bakal bisa dilupakan," kata dia.

Satu hal lain yang membuat Wiwin betah bekerja sebagai pengemudi kendaraan tambang adalah pengalaman bergaul dengan pekerja dari lintas suku dan keyakinan. "Teman-teman di lokasi tambang berasal dari banyak suku berbeda. Ya boleh dibilang lengkap. Ada suku Dayak, Flores, Batak, Jawa, Banjar. Ada juga yang dari Sulawesi. Pokoknya Bhineka Tunggal Ika dan kebersamaan tetap menjadi yang utama selama kita bekerja di sana," ungkap Wiwin.

Sebagai perempuan yang bekerja di dunia pekerjaaan laki-laki, wanita kelahiran Buntok, 30 juli 1984 ini juga merasakan kehidupan asmara di lokasi tambang. Sejumlah teman pria menyatakan naksir kepadanya untuk dijadikan pacar atau calon pasangan hidup. 

"Perasaaan yang naksir banyak, tapi kita cuek aja, karena kita mikirnya kerja aja. Tapi kalau namanya cinta lokasi tetap saja ada," ungkap anak ketiga dari empat bersaudara ini.