Trend Bus Mesin Belakang

31 December 2019
Suryo S
 
Lebih fleksibel dalam pengaturan bangku, lebih banyak memuat barang, lebih adem di kabin dan tidak berisik, jadi keunggulan bus bermesin belakang
 

Awal kehadiran bus sebagai sarana transportasi massal dimulai dengan bus dengan konfigurasi mesin depan. Bahkan tak sedikit bus yang dibangun di atas sasis truk atau dengan menggunakan basis sasis truk, seperti beberapa bus lansiran Dodge, Ford ataupun Chevrolet yang pernah mewarnai wajah transportasi massal Indonesia pada dekade '40 hingga '80-an.

Akan tetapi, keberadaan bus bermesin depan semakin terpinggirkan, walaupun masih ada beberapa jenis seperti Hino AK Series ataupun Mercedes-Benz OF 1623. Jenis bus bermesin depan ini masih diminati lantaran lebih ekonomis dari segi operasional dan tangguh.

Namun pasar mulai berpaling, lantaran kurang nyaman dikendarai dan kurang bisa memberikan fleksibilitas daya angkut penumpang dan barang. Selain itu bus bermesin belakang punya penyebaran panas mesin yang tidak mengganggu kabin, dan mesin terdengar lebih kedap dibandingkan bus mesin depan.

Seperti dikutip dari Ensiclopedia Britanica, disebutkan bahwa bus pertama bermesin belakang hadir pada 1931, hanya saja belum berhasil dilacak rinci mereknya. Rancangan ini dinilai brilian namun tidak ‘booming’ di pasaran, karena dinilai rumit dan kurang andal.

Seiring berkembangnya teknologi mesin, transmisi, suspensi dan kontruksi rancang bangun bus yang ada, lambat laun bus pun berpindah ke sistem mesin belakang dan penggerak roda belakang.

Mercedes-Benz diketahui sebagai pengembang bus rear engine secara massal. Pada 1951 Mercy menghadirkan O 6600 H yang mendapat julukan sebagai pembuka era bus modern. Bus ini menggunakan menggunakan mesin berpendingin udara dan dilengkapi dengan pilihan transmisi matik.

Kini, konfigurasi bus mesin belakang menjadi andalan hampir di semua penjuru dunia.

Bus Mercy mesin belakang dan bertransmisi matik
 

Bagikan

 
 

Berita Terbaru

 

Berita Terkait