Daihatsu Hi-Max Tak Laku Karena Tak Sesuai Kebutuhan Konsumen

Daihatsu Hi-Max Tak Laku Karena Tak Sesuai Kebutuhan Konsumen
Hi-Max merupakan potret yang menunjukkan bahwa tidak selalu kesuksesan penjualan di suatu negara akan sama di negara lainnya.
 

Di pasar Indonesia nama Daihatsu berkibar sebagai produsen kendaraan komersial. Seperti ungkapan ‘tak ada yang sempurna di dunia ini’, pabrikan berlogo D ini punya Hi-Max yang jualannya cukup menyedihkan dan mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Di sepanjang 2019 silam, kendaraan bermesin 3 silinder 998cc ini hanya mencatat angka wholesale 95 unit saja, yang terdiri atas 30 unit versi standard an 65 unit versi AC dan power steering (data GAIKINDO)

Sedangkan pada 2018, Daihatsu masih mampu mencetak penjualan wholesale 145 unit dengan rincian 47 versi Standard dan 98 unit versi AC/power steering. Angka ini semakin jauh lagi jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang masih gagah dengan angka 186 untuk versi Standard dan 254 unit versi AC/Power steering dengan total 440 unit. Artinya ada penuruan jumlah penjualan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Walau demikian, pihak PT Daihatsu Astra Motor (ADM) sepertinya belum berniat untuk menghentikan penjualan pikap mini ini. Sampai saat ini Hi-Max masih terpampan di situs resmi ADM dengan bandrol mulai Rp 107.750.000 hingga Rp 115.750.000 harga OTR Jakarta.

Jika melihat dari spesifikasi dan kualitasnya, sebenarnya Hi-Max bukanlah pikap yang jelek. Kegagalannya lebih dikarenakan oleh ketidaksesuaian dengan target market di Indonesia. Hal ini diakui oleh Amelia Tjandra, Direktur Marketing PT ADM, saat ditemui beberapa waktu lalu. “Hi-Max dianggap nanggung dari segi ukuran dan kapasitas angkut. Pasar Indonesia menginginkan kendaraan angkut yang lebih besar dan mampu angkut barang lebih banyak,” terang Amel. “Orang cenderung menggeser pilihannya ke produk lain seperti Gran Max,” sambungnya.

Daihatsu Hijet jadi salah satu mini truck paling laris di Jepang 

Hi-Max pertama kali dikenalkan di Indonesia pada 10 November 2016. Pikap ini menggunakan basis Daihatsu Hijet versi Jepang. Di Indonesia Hi-Max ditawarkan dalam dua varian yakni Standard (tanpa AC dan power steering) dan versi AC dan powersteering.

Perbedaan mencolok terdapat pada mesin yang digunakan. Hijet termasuk Kei-Car yang hanya boleh menggotong mesin 660 cc (non-turbo maupun turbo). Untuk menyesuaikan dengan pasar Indonesia, mesin diganti dengan 1KR-DE bervolume 998 cc yang juga digunakan pada unit Alya.

Daihatsu Hijet boleh sukses besar di pasar domestik Jepang, tapi ketika konsep kendaraan komersial mini ini dibawa ke Indonesia, nampaknya hal tersebut tidak memenuhi kebutuhan konsumen di sini.