Jawa Timur Masih Terpadat Jumlah Busnya

Jawa Timur Masih Terpadat Jumlah Busnya
Bali justru alami penurunan
 

Masuk paruh kedua semester genap di tahun 2023, jumlah bus di seluruh Nusantara  di bulan Oktober sebanyak 263.552 unit. Angka ini naik dari besaran 260.162 unit pada bula Juni yang lalu. Sementara itu populasi kendaraan bermotor secara keseluruhan sudah di angka 157.885.307 unit.

Masih seperti periode Juni, provinsi yang paling banyak jumlah busnya adalah Jawa Timur. Angkanya 41.947 unit, naik dari 41.419 unit pada bulan Juni. Wilayah kedua yang terpadat populasi bus adalah DKI Jakarta dengan jumlah 38.045 unit, naik 36.228 unit. Disusul besaran 35.314 yang naik dari 34.792 unit sebagai catatan jumlah bus di seluruh wilayah Jawa Tengah bulan ini.

Masih berdasarkan data registrasi kendaraan Korlantas Polri tanggal 5 Oktober 2023, provinsi Sulawesi Barat masih jadi wilayah dengan catatan terkecil untuk populasi bus yaitu 77 unit, inipun sudah naik dari angka 72 unit pada bulan Juni.

Namun pulau Bali jadi wilayah paling padat jumlah busnya, jika menilik luasan wilayahnya, dimana ada angka 15.125 unit bulan Juni dan justru mengalami penurunan populasi bus dengan angka 14.992 unit.

Terlepas dari pertumbuhan bus tersebut, seolah masih menguatkan sinyalemen dari hasil penelitian McKensey di awal April 2023. Lembaga riset yang bermarkas di Atlanta, Amerika Serikat dan berdiri sejak tahun 1926 ini memuat proyeksi bahwa dalam beberapa dekade ke depan akan menjadi kendaraan pribadi tidaklah dominan di jalanan.

Saat ini secara global, dominasi kendaraan pribadi di jalanan sekitar 45 persen. Penelitian yang dilakukan di 150 kota di seluruh dunia itu memberikan data bahwa telah terjadi penurunan keberadaan mobil pribadi di jalanan.

 

PO Menggala, bersama Kalisari, Hafana, Restu, maupun Tentrem merupakan sebagian dari barisan pemain lama untuk rute Surabaya-Malang

Lewat matriks Percentage of Passenger Miles Traveled (PMT) ditengarai akan terjadi penurunan populasi kendaraan pribadi di jalanan raya sampai 15 persen sampai tahun 2035.

Penyebabnya tak lain kehadiran beragam kendaraan alternatif yang beraneka ragam. Sebut saja, bus atau kereta komuter tanpa pengemudia, sampai taksi udara. Menurut McKensey, perputaran bisnis di kendaraan umum inovatis maupun transportasi massal mencapai 440 miliar dolar AS sampai tahun 2030.

Besaran bisnis itu belum termasuk perkembangan “shared mobility” yang  makin berkembag di banyak kota besar saat ini.

Oleh karena itu secara eksplisit McKensey menyebut bahwa transportasi masa depan nyata digantungkan pada keberadaan moda angkutan massal. Dan mengambil contoh di wilayah Eropa, saat ini sudah ada peningkatan standar angkutan massal di berbagai segi secara drastis.

Baca juga: Obat Rindu, Bus Mila Sejahtera Bangkit Pakai Livery Legendaris

Baca juga: Laksana Legacy SR3 Double Decker Diboyong Harapan Jaya Untuk Rute Jakarta-Surabaya