Kejadian pekan lalu (31/10) dimana sebuah truk ekspedisi dengan nopol AD 2987 NF yang menabrak sebuah LMPV bernopol B 1048 DKG yang ditumpangi kru salah satu media televisi nasional di KM 315 A Tol Batang-Pemalang, Jawa Tengah, memang patut jadi pelajaran.
Sebuah pelajaran yang sangat mahal tentu saja. Karena dugaan kuat pramudi truk yang mengalami microsleep sudah didalami oleh pihak kepolisian.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol. Artanro, dalam keterangan resminya (1/11) meyebutkan bahwa pramudi truk ekspedisi itu megalami microsleep sesaat sebelum kendaraan yang dikemudikannya menabrak sebuah LMPV yang berhenti darurat di bahu jalan.
"Pengemudi truk sempat kehilangan konsentrasi sehingga menabrak mobil yang sedang berhenti di bahu jalan," tegas Artanro lagi.
Microsleep sendiri tidak hanya berbahaya saat terjadi di jalur bebas hambatan. Mengalaminya saat berada di jalur arteri juga sama berbahayanya jika tidak diantisipasi.
Mengutip dari situs yankes.kemkes.go.id, microsleep merupakan suatu kejadian hilangnya kesadaran atau perhatian seseorang karena merasa lelah atau mengantuk, pada umumnya kejadian microsleep berlangsung sekitar sepersekian detik hingga 10 detik penuh.
Durasi tidur sekejap ini dapat bertambah jika seseorang benar-benar memasuki waktu tidur.
Masih dari situs yang sama, microsleep bisa terjadi dalam beberapa periode yang berdekatan, saat seseorang mencoba dan gagal untuk tetap terjaga. Seringkali dalam kejadian microsleep, otak membalik dengan cepat antara tertidur dan terjaga.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana pun angkat bicara, ia mengatakan bahwa microsleep merupakan sesuatu yang jarang disadari oleh pengemudi.
“Tak jarang pengemudi mengabaikan sinyal pertama yakni gejala kantuk yang hadir dan tetap memaksakan diri untuk tetap mengemudi,” jelas Sony saat dihubungi langsung (3/11).
“Mengabaikan kantuk berkali-kali tanpa disadari melemahkan seluruh anggota tubuh termasuk otak, sehingga tidak mampu mengambil keputusan yang benar untuk beristirahat. Bahkan otak merespons lantaran jatuh ke bawah sadar,” ungkapnya.
Sonny juga mengatakan bahwa microsleep bisa disiasati dengan tidak menunda istirahat atau tidur.
“Jangan pernah menunda istirahat saat rasa kantuk datang sedari awal. Jika ditunda akan kinerja tubuh dan kesadaran akan lebih buruk lagi,” tegasnya.
“Sehingga jika gejala kantuk itu datang saat berkendara, segera cari tempat istirahat dan segera istirahat. Lebih baik menyempatkan waktu untuk istirahat dibandingkan berspekulasi untuk melanjutkan perjalanan,” pungkas Sony.
Baca juga: ‘Area Kematian’ Sebuah Truk Adalah Di Bagian Belakangnya (2)
Masih mengutip dari situs yankes.kemkes.go.id, terdapat tanda-tanda seseorang alami gejala microsleep:
1. Tiba-tiba kaget atau terbangun oleh sentakan tubuh dan kepala
2. Tidak menyadari apa yang baru terjadi, padahal tidak sedang melamun
3. Menguap terus-menerus
4. Kelopak mata sangat berat
5. Mata berkedip berlebihan
6. Tiba-tiba susah memproses informasi atau bingung ketika diajak berkomunikasi
7. Tidak mendengar pembicaraan orang lain
8. Tidak ingat kejadian 1–2 menit yang lalu
Bahu jalan hanya untuk keperluan darurat
Selain mengingatkan soal bahayanya microsleep, Sonny juga menyebutkan bahwa ‘kebiasaan’ memakai bahu jalan di luar kebutuhan emergency sejatinya juga sudah ‘di luar batas’.
“Ya kadang saya juga bingung menilai para pengemudi, antara tidak paham atau pura-pura nggak tahu fungsi dari bahu jalan,” keluhnya.
Sejurus kemudian ia juga menerangkan keprihatinannya,”Karena pada kenyataannya banyak mendahului dari situ (bahu jalan, Red), dan merasa baik-baik saja. Sementara itu sebenarnya banyak kendaraan yang berhenti di bahu jalan karena rusak, mogok atau pengemudi yg melepas penat sesaat. Jadi jika dihitung-hitung memang banyak sekali yang kecelakaan.”
Sonny yang juga pernah menggeluti dunia slalom itu juga memberikan ‘jalan tengah’ perihal begitu besarnya ketidakpedulia banyak pengemudi dalam memadang bahu jalan di jalur bebas hambatan. “…jika nggak darurat-darurat banget sebaiknya tidak berhenti di bahu jalan.”
Iapun merujuk rest area sebagai wilayah yang terbilang paling aman untuk mengatasi sejumlah kendala teknis saat berada di jalan tol.