Kemenag: Bus Shalawat Di Kota Mekah Ramah Bagi Lansia

Kemenag: Bus Shalawat Di Kota Mekah Ramah Bagi Lansia
Penginapan jemaah haji dan umrah asal Indonesia banyak yang jauh dari Masjidil Haram
 

Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan seluruh armada Bus Shalawat yang beroperasi melayani jemaah Indonesia memiliki spesifikasi city bus. Bus ini memiliki spesifikasi bodi yang rendah sehingga memudahkan penumpang kelompok lanjut usia untuk naik turun.

Hal itu disampaikan Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri (Diryanlu) Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Subhan Cholid. Dia mengatakan penggunaan city bus ini sejalan dengan layanan haji ramah lansia yang ditetapkan pemerintah. "Bus Shalawat yang kami sediakan dengan jenis city bus itu seluruhnya. Itu jenisnya adalah ramah lansia, karena memiliki body rendah," jelas Subhan Cholid di Jakarta, pekan ini (18/9). Seperti dikutip dari RRI.co.id. 

Subhan menambahkan, selain dengan model city bus yang terdapat puluhan kursi di dalamnya ada lagi city bus kelas VVIP. Bus jenis ini, memiliki lintasan lipat di pintunya yang digunakan untuk naik turun kursi roda. 

"City bus jenis ini, terbatas jumlahnya di Arab Saudi. Saat ini, hanya ada 25 unit dari seluruh jumlah armada city bus yang ada," ujar Subhan.

"25 unit itu tersebar dalam beberapa syarikat, nah syarikat yang kami kontrak untuk layanan shalawat, itu semuanya kami pakai yang jumlahnya 20. Sedangkan lima itu punya syarikat lain yang tidak kami kontrak," kata dia menambahkan.

Fakta ini, lanjut Subhan, perlu dipahami masyarakat semua bus yang bentuknya VIP untuk layanan lansia, itu 100 persen sudah disewa. “Adanya memang hanya 20, bedanya apa dengan city bus yang lain? Ini kursinya lebih sedikit," ucap Subhan.

Baca juga: King Long, Pionir Bus Tiongkok Di Jazirah Arab

Sejarah Bus Shalawat

Subhan Cholid memaparkan layanan bus Shalawat untuk mengantar jemaah haji Indonesia pertama kali diadakan pada 2008. Saat itu, Pemerintah Saudi melakukan pembongkaran hotel-hotel di sekitar Masjidil Haram, utamanya di daerah Syib Amir.

Akibatnya, ketersediaan hotel di sekitar Haram menjadi sangat terbatas. Misi haji Indonesia akhirnya mencari rumah dengan jarak cukup jauh dari Masjidil Haram.

"Saat itu, rumah jemaah haji Indonesia, jarak terdekat dari Masjidil Haram, dua kilometer. Rumah terdekat Haram yang belum dibongkar, harganya naik sehingga tidak terjangkau pagu anggaran," ujar Subhan Cholid menjabarkan.

"Sementara rumah paling jauh, jaraknya mencapai lebih dari 10 kilometer dari Masjidil Haram. Mulai dari kawasan Hijrah, Mukhathat Bank, Bakhutmah, Kholidiyah, Syauqiyah, Rushaifah, Awali, hingga Ka'kiyah, " pungkasnya.

Baca juga: Mau Jadi Supir Bus Di Arab Saudi? Ini Syaratnya...

Baca juga: Bus Di Arab Saudi, Dikuasai Kerajaan