Bus Double Decker Dan Sleeper Kini Makin Sempit?

Bus Double Decker Dan Sleeper Kini Makin Sempit?
Bodi lebih dari 13,5 meter akan banyak mengundang risiko
 

Di ajang GIIAS beberapa waktu lalu (18/28/7) barisan bus Double Decker dari tiga raksasa karoseri Adiputro, Laksana, dan Tentrem sekilas memang tidak banyak berbeda dibandingkan penampilan saat GIIAS 2023.

Namun kalau menyimak dari dekat maka ada banyak perubahan yang dilakukan ketiganya. Lebih khusus pada detail di sisi interior atau kompartemen penumpang. Ya, para “Queen of The Roads” itu tidak lagi menyediakan dua kelas kompartemen penumpang, tiga sampai empat sekaligus.  

Itu karena dalam setahun belakangan muncul berbagai permintaan dari para operator bus tingkat itu untuk menambahkan kapasitas angkut penumpang sekaligus kelas kabin di setiap unit bus-bus bersasis ‘tronton’ itu.

Ruang Sleeper kini kian bertambah jumlah penumpangnya

Setidaknya hal itu yang terungkap dari penjelasan sejumlah punggawa utama dari tiga karoseri yang ditemui langsung saat GIIAS 2024 berlangsung. “Kami mendapatkan banyak request dari pihak PO yang mengoperasikan bus Double Decker, termasuk yang membeli unit kami di GIIAS tahun lalu,” buka Yohan Wahyudi, Managing Director karoseri Tenterm.

Sejurus kemudian ia menyebutkan bahwa desain “Grand Captain” pada sejumlah model Avante di GIIAS 2023 sebenarnya juga sudah menjadi awalan atas permohonan untuk penambahan kelas kabin sekaligus jumlah penumpang.

“Selain berkaitan dengan penambahan jumlah penumpang, harga tiap kelas juga berbeda menjadi solusi untuk efiesiensi operasional dari setiap unit yang dimilik oleh para PO tersebut,” imbuh Yohan lagi.

Sementara itu, Jesse Jethrokusumo yang juga ditemui di sela-sela GIIAS 2024 juga menyiratkan hal serupa. Salah satu Director dari karoseri Adiputro itu menyebutkan bahwa dengan harga tiket yang lebih tinggi dibandingkan umumnya unit non Double Decker maka calon penumpang unit Double Decker perlu diberikan ‘pelayanan lebih’.

“Kami berkewajiban merespon permintaan dari para operator untuk bisa memberikan peluang impresi bepergian yang lebih baik dan berkesan jika mereka menaiki bus Double Decker,” ujar Jesse.

Gangway tidak berubah, ruang untuk seat yang banyak berubah pada desain bus Double Decker dan Sleeper di GIIAS 2024

Detail seputaran seat punya konsekuensi atas kompromi ruang kompartemen penumpang secara keseluruhan

Stefan Arman, Technical Director Laksana, kemudian juga menjelaskan bahwa pihaknya memang lebih fokus pada peningkatan detail di kompartemen penumpang. “Selain penambahan kelas kabin, jika melihat secara lebih terperinci maka terlihat perubahan signifikan pada sisi ceiling, flooring, bahkan di setiap seat yang ada di model Double Decker maupun Sleeper atau gabungan dari keduanya,” urainya.

Baca juga: Desain Bodi Bus Mesin Depan Ala Laksana

Tambah kelas bikin kabin jadi lebih sempit?

Karena adanya penambahan kelas pada kompartmen penumpang, membuat kabin memang jadi tidak selapang versi tahun 2023. Hal ini berkaitan dengan konsekuensi teknis yang membuat area untuk seat menjadi lebih lebar, taruhlah dibandingkan Double Decker ataupun Sleeper pada versi 2023 maupun 2022.

“Karena konfigurasi seatnya 1-1 (pada versi 2023 dan 2022, Red),” tukas Kusririn, R&D manager Laksana yang dihubungi lengsung berapa waktu lalu (1/8). Dengan begitu pada versi 2024 maka komponen seat dihadirkan dalam dimensi yang lebih besar agar segi kenyamanan pada penumpang tetap jadi prioritas.

“Untuk gang way sendiri tidak ada perubahan (ukurannya, Red),” tegas Kusirin lagi.

Sejurus kemudian ditambahkannya bahwa dalam desain kabin Double Decker dan juga Sleeper di GIIAS 2024, pihak Laksana, memang menaruh perhatian lebih serius atas konstruksi kompertemen belakang, seperti pada unit Double Decker. Itu karena beban pada sasis menjadi lebih berat akibat penambahan bobot dari kompartemen penumpang tadi.

Yohan Wahyudi juga menjabarkan bahwa kesan sempit atas kabin multi kelas tersebut sebenarnya tidak perlu dirisaukan. Itu karena desain ragam kelas kabin itu sudah mengakomodir ruang yang tersedia berdasarkan regulasi bodi serta sasis bus yang  berlaku di Indonesia.

“Enggak bisalah kalau mau, misalnya, bikin trik dengan penambahan overhang di belakang. Dari sisi teknis sasis yang tersedia juga tidak memenuhi daya topangnya, belum lagi saat bus berjalan akan berpotensi besar munculnya gejala limbung,” wanti Yohan.

Dari barisan bus Double Decker dan Sleeper di GIIAS memunculkan istilah baru "2,5 tingkat"

Sebagai catatan, regulasi yang berlaku di Indonesia mengharuskan sebuah bus model bodi   Double Decker ketinggiannya tidak boleh lebih dari 4,2 meter, kemudian panjangnya juga tidak bisa lebih dari angka 13,5 meter, dan angka 2,5 meter harus dipatuhi.

“Dari SRUT aja, tidak bisa dikelurakan dari pihak Dishub,” tegas pria berkacatam itu lagi. Keluanya SRUT atau Surat Registrasi Uji Tipe adalah tahapan wajib yang harus dimiliki oleh setiap desain bodi bus keluaran karoseri. Termasuk pada unit ubahan bodi.  

Ia kemudian memungkaskan bahwa pihaknya juga belum bisa mengomentari bahwa ada ‘kabar  burung’ yang menyebutkan bahwa ada wacana masuknya sasis bisa mengakomodir panjang bus lebih dari 13,5 meter. “Karena, sebenarnya, panjang 13 bus yang meteran ini sudah termasuk paling maksimal untuk bisa bermanuver dengan baik di jalanan Indonesia,” tutupnya.

Baca juga: GIIAS 2024: Tampilan Medium Bus Makin Maksimum

Baca juga: GIIAS 2024: Adu Cantik “Queen of The Roads”

Trik atas 'overhang' di bangian buritan dan depan tidak bisa diakomodir lebih dari 13, 5 meter

Regulasi di Indonesia, panjang total bus tidak boleh lebih dari 13,5 meter