GIIAS 2024: Adu Cantik “Queen of The Roads”

GIIAS 2024: Adu Cantik “Queen of The Roads”
“Bintang” yang sebenarnya dari tiga kampiun karoseri
 

Jika di dunia aviasi ada Boeing 747 yang punya julukan “Queen of The Skies” maka untuk jagad bus di Indonesia tidaklah berlebihan jika disebut bahwa bus dengan bodi model Double Decker merupakan “Queen of The Roads”.

Karena model bodi bus yang satu ini akhirnya bisa membuktikan mampu menyediakan daya angkut penumpang paling maksimal saat ini. Jika diposisikan dengan layanan kabin eksekutif saja bisa mengangkut sampai 40-60 penumpang. Dua kali lipat dibandingkan bodi ‘single deck’.

Belum lagi dengan impresi bepergian yang sarat unsur prestis dari penumpangnya sendiri.   

Tak heran kalau semakin banyak operator bus yang meminang model bodi Double Decker di jajaran armada mereka.

Berdasarkan regulasi yang berlaku di Indonesia, sebuah bus double decker ketinggiannya tidak boleh lebih dari 4,2 meter, kemudian panjangnya juga tidak bisa lebih dari angka 13,5 meter, dan angka 2,5 meter harus dipatuhi.

Double Decker Jetbus 5 ada ubahan 'sedikit' di bagian depan dan belakang

Versi Double Decker dari Laksana lebih banyak ubahannya?

Pada dekade ’80-an sebenarnya bus double decker atau bus tingkat sudah masuk Indonesia. Waktu itu masih dipakai untuk rute bus kota saja, seperti yang pernah ada di kota Jakarta maupun Surabaya. Bus dengan spesifikasi CBU bermerek Volvo dan Leyland merupakan dua nama yang produknya jadi pilihan untuk bus tingkat.

Secara teknis, sebenarnya ada beberapa hal yang bisa jadi nilai pemikat dari bus tingkat ini. Sebut saja; saat dioperasionalkan akan menghemat pemakaian jalan karena daya tampungnya yang maksimal serta bagi penumpang pada dek atas bisa mendapatkan pemandangan yang lebih leluasa.  

Memang dalam operasionalnya ada beberapa ‘protokol’ yang perlu jadi perhatian pengemudi. Karena laju maupun manuver bus tidak sefleksibel bud dek tunggal. Sehingga medan jalan berliku jadi kurang tepat buat dilintasi bus tingkat ini.

Selain itu, tentu saja kecepatan yang terkendali menjadi perhatian para pengemudi agar penumpang di dek atas tidak terganggu kenyamanannya.

Mengingat bus double decker merupakan “top of the line” dari sebuah perusahaan karoseri maka komponen yang diadopsi juga ikut menyesuaikan. Misalnya untuk pembiayaan pembelian sasis, harga yang harus ditebus mulai Rp1,6 miliar sampai Rp2 miliar tergantung merek dan variannya. Sementara untuk bodi sendiri, menurut Indraningsih selaku GM Sales Laksana yang ditemui di sela ajang GIIAS 2023 menyebut ada di kisaran harga Rp 900 jutaan.

Nah, saat GIIAS 2024 (18-28/7) ini masih tiga kampiun karoseri seperti Laksana, Adiputro, dan Tentrem yang memajang desain Double Decker. Secara umum memang unit yang akan dipajang itu merupakan versi ‘facelift’.

Namun tetap saja para ‘Ratu Jalanan’ itu tetap akan menjadi daya tarik kuat menyambangi Hall 1 di arena GIIAS 2024.

Baca juga: Ternyata Ini Maunya Penumpang Bus Double Decker…

Baca juga: Begini Cara Desain Bus Double Decker

Sebagian dari detail facelift pada model Double Decker dari Adiputro