Kebiasaan Ini Kerap Picu Kecelakaan Bus Dan Truk

Kebiasaan Ini Kerap Picu Kecelakaan Bus Dan Truk
Ironisnya, kebiasaan ini hampir diterapkan oleh nyaris semua supir kendaraan berat di Indonesia.
 

Jalanan yang menurun, sering jadi lokasi kecelakaan kendaraan berat seperti bus dan truk. Tapi, rem blong justru sering dituding jadi penyebab. Padahal, bisa saja insiden itu adalah dampak dari kebiasaan supir yang sembrono.

"Kebiasaan tersebut adalah menetralkan posisi gigi di turunan," buka Jusri Pulubuhu, instruktur dan juga pendiri Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC). Katanya, kebiasaan ini hampir diterapkan oleh nyaris semua supir kendaraan berat di Indonesia.

Penggunaan transmisi netral saat turunan sendiri bertujuan untuk menghemat BBM di perjalanan. Karena putaran mesin lebih rendah, sehingga konsumsi BBM makin irit.

Para pengemudi sendiri menghemat pengeluaran BBM, karena sistem 'uang solar' yang diterapkan perusahaan. Misalnya, ada jatah pengeluaran solar yang diberikan oleh perusahaan. Nah, supir akan berusaha agar uang solar yang dikeluarkan jauh lebih sedikit. Sehingga sisa uang jatah di perjalanan itu bisa dipakai untuk kebutuhan yang lain.

Sayangnya, efek gigi netral di turunan terbilang berbahaya. Karena otomatis kendaraan hanya akan mengandalkan sistem rem yang ada untuk deselerasi. Tak ada bantuan engine brake.

"Kemampuan rem akan menyusut, atau terjadi brake fading atau blong. Padahal, beban yang dibawa terkadang lebih berat dari kemampuan truk. Semakin berat bebannya, maka makin berat juga kerja rem. Ini yang berujung seringnya rem blong di turunan," urai Jusri.

Untuk itu, dirinya mewanti pada supir-supir kendaraan berat untuk menghindari penggunaan gigi netral saat turunan. Karena selain berbahaya untuk diri sendiri juga sesama pengguna jalan.