FT UI Dan Petrosea Rilis Bus Listrk Pertama Hasil Konversi

FT UI Dan Petrosea Rilis Bus Listrk Pertama Hasil Konversi
Mayoritas komponen utama hasil rancangan lokal
 

Untuk kesekian kalinya Universitas Indonesia lewt Fakultas Teknik bisa menghadirkan kendaraan ramah lingkungan. Baik yang versi konsep atau purwarupa maupun yang sudah bisa langsung dioperasikan.

Salah satunya sebuah bus yang atas dukungan PT Petrosea Tbk. bisa dikonversi menjadi berdaya listrik. "Kolaborasi FTUI dengan industri, PT Petrosea Tbk, merupakan kesempatan yang baik bagi kami untuk menunjukkan komitmen dalam mendorong penurunan emisi dengan penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti bus listrik," kata Dekan FTUI Prof. Dr. Heri Hermansyah di Depok, Jawa Barat bebrapa waktu lalu (18/12).

Proyek kali ini, seperti dilansir Antara, bukan sekadar konversi, karena menurut Heri pihaknya juga berhasil memasang sistem kontrol produksi anak bangsa yang pertama di Indonesia. Hal ini merupakan jawaban FTUI terhadap tantangan kemandirian teknologi Indonesia serta mendukung transformasi hijau.

Konversi kendaraan listrik merupakan inovasi “reverse engineering” yang dilakukan dengan mengganti mesin berbahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan, dengan motor listrik.

Proses ini dilakukan dengan tetap menjaga keamanan dan kinerja kendaraan. Tim RCAVe UI berhasil mengintegrasikan sistem penggerak listrik dengan memperhatikan kekuatan konstruksi dan lokasi pusat massa kendaraan untuk menjaga optimalitas pengendalian.

Sementara itu Vechicle Development Expert FTUI Dr-Ing. Mohammad Adhitya, mengatakan penyempurnaan dilakukan pada beberapa hal, seperti tata letak komponen baru, integrasi sistem penggerak listrik dengan sistem kendali bus, serta teknik menjaga agar penyaluran daya mesin (motor) listrik menjadikan pengereman dan kemampuan berbelok optimal.

 "Selain itu juga, bagaimana mengonversi bus agar tetap sesuai dengan daya dukung jalan yang ada di Indonesia menjadi final ingredient dari produk akhirnya,” katanya.

Bus listrik Petrosea-UI telah mengimplementasikan perangkat EV terintegrasi dengan protokol komunikasi CAN SAE-J1939, protokol standar untuk kendaraan berat bertenaga listrik. Namun, tantangan utama terletak pada ketiadaan standar parameter PGN-SPN untuk protokol komunikasi ini.

Hingga saat ini, belum ada perangkat integrasi universal yang dapat diterapkan pada berbagai kendaraan listrik. Perangkat integrasi yang dikenal sebagai Vehicle Control Unit (VCU) pada bus listrik atau pada kendaraan listrik secara umum, biasanya dirancang secara spesifik untuk model perangkat EV tertentu.

Di Indonesia, sebagian besar bus listrik masih bergantung pada integrator dari luar negeri, yang membatasi kemampuan pengembangan mandiri. Namun, tim UI berhasil melakukan integrasi mandiri pada Bus Listrik Petrosea-UI, memungkinkan kustomisasi perangkat EV tanpa bergantung pada tenaga ahli asing.

Head of Electric Vehicle (EV) PT Petrosea Tbk Sahala Sigalingging, ST, MSc., menekankan komitmen Petrosea terhadap ESG dan dekarbonisasi. “Petrosea berkomitmen penuh pada aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Inisiatif EV merupakan langkah nyata dalam mendukung dekarbonisasi, sejalan dengan strategi 3D (Diversifikasi, Digitalisasi, Dekarbonisasi) Petrosea.

Upaya tersebut merupakan bagian proses Petrosea menuju “net zero emissions” yang akan membutuhkan dukungan dan sinergi penuh dari seluruh pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal,” pungkas Sahala.

Baca juga: India (Akhirnya) Bisa Bikin Bus ‘AKAP’ Tenaga Listrik Pertama

Baca juga: Hitachi Bangun 1.000 Bus Listrik Untuk Pasar Inggris