Lebih Dekat Lagi Dengan Sasis “Space Frame”

Lebih Dekat Lagi Dengan Sasis “Space Frame”
Hanya bisa ditujukan pada sasis jenis ‘buggy’
 

Saat ini umumnya sasis bus baru, khususnya yang untuk segmen big bus, mengadopsi jenis “space frame”. Secara sederhana sasis ini punya sejumlah keunggulan dibandingkan jenis sasis “ladder frame”.

Walaupun sasis konvensional itu dikenal kokoh, namun bobotnya tidak bisa dianggap remeh. Sekaligus juga ternyata juga tidak bersahabat dengan ketersediaan ruang bagasi yang justru saat ini banyak diutilisasi oleh banyak perusahaan otobus sebagai opsi pemasukan dengan mengangkut barang layanan ekspedisi.

Desain dasar dari “space frame” yang diawali pendekatan teknik bernama “Thethraderal Geomtery” itu  merupakan rangkaian struktur tulang besi yang saling terhubung satu sama lain dengan bertumpu pada sambungan antar bilah besi itu.

Karakternya punya daya topang yang lebih kuat karena beban bisa terbagi lebih merata ke semua struktur besi. Selain itu, tiap bagian dari struktur susunan besi itu lebih fleksibel dalam menahan beban karena secara dinamis karena mampu menyesuaikan tekanan beban dalam waktu yang berbeda secara simultan.

Dari sisi penempatan bodi kreasi karoseri juga jadi lebih mudah. Sebab sasis modular tersebut secara fleksibel dibangun menyesuaikan desain bodi bus yang akan ditumpangkan di atasnya. Struktur rangka bodi bisa langsung ditumpukan pada sasis setelah disesuikan spesifikasi teknisnya berdasarkan regulasi yang berlaku di Indonesia.

Sasis jenis "space frame" bisa menyediakan ruang bagasi yang berlipat kali lebh luas dibandingkan sasis jenis "ladder frame"

Desain bodi 'combi' bisa diwujdukan dengan sasis buggy

Bus dengan sasis modular memungkinkan desain bodinya lebih 'canggih' dan 'kompleks'

Sasis bawaan pabrik tidak boleh dimodifikasi

Tentu saja, sasis “space frame” nyata efektif bisa menyediakan ruang bagasi yang semakin luas karena tidak ada lagi penghalang ‘tulang besi’ sebagaimana ditemu pada sasis “ladder frame”. Sasis “space frame” tetap terjaga kekokohannya karena tidak perlu ada yang ‘dipotong’ pada struktur dasarnya untuk membuat ruang bagasi lebih lapang.

Hal ini didukung oleh konsiderasi pihak APM sasis bus yang ada di Indonesia yang ‘sepakat’ untuk tidak dilakukan pemotongan atau modifikasi pada struktur dasar sasis bus.

Pihak karoseri tentu semakin ‘kreatif’ dalam mendesain bodi bus. Sebagaimana diungkapkan oleh M. Thoyib, Bus Bodybuilder Advisor PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia saat dihubungi lewat surat elektroniknya beberapa waktu lalu (27/5).  

Dirinya menjelaskan bahwa kini pihak karoseri tinggal fokus pada soal desain bodi yang sesuai rekomendasi teknis pihak APM sasis dan juga regulasi teknis kendaraan komersial yang  berlaku di Indonesia. “Untuk kalau bodi ‘SHD’ di ketinggian maksimalnya 3.9 meter dan UHD 4,0- 4.1 meter yang mana itu  di pengaruhi oleh GVW dan konstruksi sasis terutama di bagian suspensi,” urainya.

GVW merupakan singkatan dari “Gross Vehicle Weight” alias jumlah berat bruto, berat operasional maksimum dari sebuah kendaraan sebagaimana dinyatakan oleh produsen, yang meliputi berat sasis, bodi, mesin, cairan mesin, bahan bakar, aksesoris, pengemudi, penumpang, dan kargo namun tidak termasuk berat kereta gandengnya.

Sejurus kemudian dilanjutkan penegasannya oleh M. Thoyib, dalam rancang bangun bodi bus, misalnya model SHD, hal yang perlu di perhatikan adalah GVW dan sistem suspensi. “(Justru) bukan semata pada konfigurasi mesin apakah di depan atau di belakang. Tapi memang rata-rata bus mesin depan hanya memiliki  GVW maksimal di 16 ton dan suspensi model leaf spring dan air suspension model narrow. Sedangkan bus SHD idealnya memiliki GVW di atas 16 ton dan air suspension model wide  seperti di sasis O500 RSD 2445 Maxi,” pungkasnya.

Baca juga: Ubah Bodi Bus Tidak Bisa 'Ngawur'

Baca juga: Mau Beli Bus Baru Mercy? Ini Panduannya…

Regulasi rancang bangun bodi bus di Indonesia

Sasis Mercedes-Benz OH 1626L dan O500RSD 2445 merupakan sasis jenis "buggy"

'Kandang Macan' di tengah bodi karya karoseri Tentrem hanya bisa dilakukan pada sasis "space frame"

Baca juga: Bagaimana Mercedes-Benz Dan Karoseri ‘Ngobrol’ Desain?