GIIAS 2024: Isuzu Fokus Di Segmen Logistik

GIIAS 2024: Isuzu Fokus Di Segmen Logistik
Segmen dari jejak legenda Panther ditinggalkan?
 

Tahun 2008  bisa disebut sebagai periode penting bagi Isuzu di dunia, termasuk di Indonesia, ada perubahan fokus ekspansi ke segmen angkutan barang. “Hal ini membuat banyak perubahan yang fundamental bagi Isuzu di Indonesia,” sebut Yusak Kristian Soelaeman, Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI). 

Hal yang diterangkannya saat pertemuan di sela-sela GIIAS 2024 itu tidak sesimpel yang dibayangkan. “Kami harus merubah perspesktif ke arah yang berbeda, karena penanganan kendaraan penumpang dan barang berbeda sama sekali. Mulai dari proses perencanaan produk sampai layanan aftersales,” beber Yusak lagi.

Memang segmen mobil penumpang, yang disebut dalam istilah Isuzu sebagai “people mover”, tidak ditinggalkan sepenuhnya. Karena menurut pria yang pernah berkarier di Astra Otoparts itu, saat ini segmen yang dtinggalkan Panther diisi oleh Traga yang bis ajuga diubah menjadi microbus.

Selain masih ada MU-X yang masih dipasarkan, sekelas dengan Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport, ataupun Honda CR-V.

Untuk Traga sendiri, masih diterangkan oleh Yusak, merupakan produk yang dibuat di Indonesia dan menjadi basis produksi untuk pasar global.

Tantangan ketersedian solar yang ‘layak’  

Namun begitu transformasi Isuzu untuk fokus di kendaraan komersial juga mendapatkan sejumlah tantangan. Division Head Of Business Strategy Division IAMI, Attias Asril, menyebutkan contoh saat pihaknya mencoba hadirkan produk bus big size.

“Segmen bus big size punya treatment yang tidak sama dibandingkan microbus misalnya. Sesuai motto kami sebagai “The Real Partner” maka kami memutuskan untuk bertahap untuk masuk ke kelas microbus, kemudian medium bus, baru ke big bus,” ungkap Asril menerangkan.

Tantangan lain yang bisa disebut krusial adalah soal ketersedian bahan bakar solar.

Hal ini penting bagi keberadaan barisan produk Isuzu yang dipasarkan di Indonesia yang sejak tahun 2022 mesinnya sudah berspesifikasi Euro 4. “Idealnya, ketersediaan produk sesuai dengan distribusi bahan bakar yang sesuai dengan regulasi nasional, namun di lapangan masih belum bisa seperti itu,” kata Yusak.

Masih belum meratanya distribusi solar yang sesuai dengan spesifikasi mesin Euro 4 mebuat IAMI harus melakukan mitigasi ke produk hasil pengembangan serta produks Indonesia dibandingkan memperhatikan produk Isuzu yang beredar secara global di dunia.

“Konsumen kendaraan komersial akan selalu berpikir soal ‘investasi’ atas setiap pembelian produk. Artinya ketidaksesuaian antara spesifikasi mesin dengan solar yang ada membuat kami harus membuat ‘kebijaksanaan’ atas potensi kendala yang bisa muncul dalam kegiatan operasional produk Isuzu yang sudah dimiliki konsumen,” beberCOO Astra Isuzu, Yohanes Pratama, dalam kesempatan yang sama.

Wujud ‘toleransi’ itu tidak hanya berkaitan soal jaringan bengkel,”Keberadaan 700 mekanik di bengkel resmi di seluruh Indonesia, 150 bengkel mitra, sekitar 150 Bengkel Isuzu Berjalan, masih ada lagi ratusan part shop dimana semuanya ditujukan untuk memperkecil periode downtime jika ada unit Isuzu yang perlu perawatan maupun perbaikan,” jabar Yohanes lagi.

Tidak lain, tujuannya agar produk Isuzu yang diperasikan konsumen dapat beroperasi secara maksimal.         

Baca juga: GIIAS 2024: Isuzu Perkenalkan Elf Tenaga Listrik

Baca juga: GIIAS 2024: Beli Hino Bisa Nyicil Rp900 Ribuan

D-Max versi EV sedang diuji coba secara intensif secara internal oleh pihak Isuzu Indonesia

Traga, 'pewaris' segmen people mover yang ditinggalkan Panther

MU-X, model yang masuk di segmen mobil penumpang dari Isuzu