Kejadian Perdana 2024, Dua Orang Tewas Lagi Akibat Pengemudi Bus Gegabah Bermanuver Di Tol

Kejadian Perdana 2024, Dua Orang Tewas Lagi Akibat Pengemudi Bus Gegabah Bermanuver Di Tol
Menyalip bagi sebuah bus bukan ‘soal biasa’
 

Setelah, di malam tahun baru ada kecelakaan tunggal terhadap sebuah bus akibat melaju terlalu cepat, pekan ini juga (3/1) ada kecelakaan yang ‘pelaku utamanya’ adalah bus.   

Dua orang meninggal dunia dan sejumlah lainnya mengalami luka-luka dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas di KM 567 ruas Jalan Tol Ngawi-Solo, Desa Bangunrejo Kidul, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Rabu.

"Kecelakaan tersebut melibatkan Bus PO Restu bernomor polisi N-7223-UF dan truk tronton bermuatan beton paku bumi," ujar Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Ngawi AKP M. Sapari, sebagaimana dikutip dari Antara.

Sapari mengatakan kedua korban meninggal merupakan kernet kedua kendaraan, yakni kru truk bernama David Angga (30), warga Mojokerto dan kru bus, Anugrah Arif (23), warga Kabupaten Pasuruan.

Sesuai hasil olah TKP sementara, peristiwa kecelakaan itu berawal saat bus berisi rombongan guru dari Malang yang dikemudikan oleh Muhammad Basri (48) melaju dari arah Ngawi hendak berlibur ke Yogyakarta. Bus tersebut ingin mendahului truk tronton bermuatan beton paku bumi bernomor polisi B-9148-BEA yang dikemudikan oleh Suwignyo, warga Kabupaten Mojokerto.

"Rombongan guru tersebut berangkat dari Malang sebanyak tiga bus, namun ternyata salah satu bus mengalami kecelakaan," kata dia.

Sapari menjelaskan berdasarkan olah TKP, saat Bus Restu hendak mendahului truk tronton, diduga sopir bus terlalu mengambil haluan ke kiri sehingga menabrak bagian belakang truk dan mengenai muatan beton paku bumi.

Akibatnya sejumlah muatan beton tersebut terpelanting ke bagian depan truk hingga menyebabkan kabin kemudi truk hancur serta menimpa sopir dan kernetnya.

"Dugaan sementara kecelakaan ini karena kelalaian dan kurang hati-hatinya sopir Bus Restu karena mungkin kurang fokus dan menyebabkan kecelakaan menghantam bagian belakang truk," kata Sapari kemudian.

Semua penumpang bus sudah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.

Baca juga: Tabrak Belakang Truk, Masih Menjadi Momok Di Tol

Baca juga: Tiga Faktor Yang Bisa Menurunkan Angka Kecelakaan Di Jalan

Sementara itu, petugas gabungan polisi dan Jasa Marga sempat mengalami kesulitan dalam mengevakuasi bodi kedua kendaraan besar tersebut yang membutuhkan waktu lebih dari enam jam hingga siang hari.

Petugas juga membutuhkan bantuan kendaraan derek untuk mengangkat bodi kedua kendaraan serta beton paku bumi dari tepi jalan tol.

Kejadian ini bak mengingatkan lagi kejadian yang melibatkan bus Bhineka, Handoyo, dan yang termasuk masif adalah ‘adu kambing’ antara bus Eka dan Sugeng Rahayu. Semuanya terjadi tahun 2023.

Ketika pengemudi bus Restu ‘memutuskan’ untuk menyalip trun bermuatan beton itu dari kiri serupa dengan kejadian Eka-Sugeng Rahayu, pengemudi Sugeng Rahayu memilih banting setir ke kanan alih-alih melambatkan laju busnya atau bahkan melakukan pengereman.

"Pilihan bijak yang berawal dari sebuah kesalahan (menyalip dari kiri misalnya, Red) jelas bukan hal yang bijak. Dalam hal ini banyak kesalahan-kesalahan awal yang dilakukan driver karena pasti ada unsur melanggar batas kecepatan kendaraan, kedua driver tidak paham dengan "Smith System' terkait unsur keselamatan jalan dan ketiga soal attitude," jelas Catur Wibowo dari DSTC Defensive & Safety Driving Consulting saat dikontak waktu itu (16/12).

Untuk mengingatkan lagi, "Smith System" dengan lima kunci berkendara aman. "Jadi pastikan saat berkendara itu pandangan jauh ke depan, kedua, pengemudi mendapatkan gambaran luas, kemudian ketiga, biasakan mata Anda bergerak, dan yang keempat adalah siapkan jalan keluar yang paling aman, dan yang paling terakhir yaitu pastikan orang lain melihat kendaraan Anda," tegas pria yang berdomisili di kota Bandung, Jawa Barat itu.

Catur atau yang biasa dipanggil Ninot itu menyebutkan lagi bahwa lima unsur tadi bleh jadi tidak dilakukan sopir bus Restu. “Pengambilan keputusan (seperti menyalip, Red) harusnya diambil dengan memperhatikan efek keselamatan. Bukan memilih dua pilihan yang sama-sama merugikan dan menimbulkan korban," ujarnya waktu itu.  

Tak sekadar manuver menghindari obyek yang berpotensi menimbulkan kecelakaan, para sopir bus hendaknya juga memahami semakin besar kendaraan yang hendak disalip semakin besar pula potensi blindspot.

Prinsip dasarnya hanya tiga dan ini beririsan dengan kedewasaan dalam mengemudi yaitu penting atau tidaknya untuk menyalip, dibenarkan atau tidak posisi saat menyalip dan aman atau tidaknya saat hendak menyalip.

Baca juga: Banyak Driver Kendaraan Besar Tak Paham Cara Mengemudi...

Baca juga: Driver Bus Harus Hafal Setiap Karakter Jalan