Bus

Bus STJ yang bodinya digarap oleh karoseri Laksana dilengkapi dengan seat social distancing yang berkonfigurasi 1-1-1.

Gelaran ini dihadirkan untuk merayakan ulang tahun Mercedes-Benz selama 50 tahun di Indonesia.

Bus tuyul berjenis engkel karena jumlah rodanya hanya 4, bukan enam seperti bus medium standar.

Sasis bus ini keluaran Hino dengan tipe AK 215. Sasis tersebut memiliki konfigurasi mesin depan.

Bus ini berkelas bisnis AC dengan seat 2-2 untuk 30 penumpang, mulai aktif 26 September lalu.

Kedua bus dirilis dari karoseri Adi Putro, Malang. Dengan bodi Jetbus 3+ HD, dua bus tersebut didapuk sebagai armada pariwisata Medali Mas.

Bus tersebut akan jalan perdana mulai 5 Oktober mendatang dengan pemberangkatan malam hari.

Trayek untuk Indramayu akhirnya mulai jalan Jumat (25/9). Hanya ada satu keberangkatan setiap harinya. Baik dari arah timur (Surabaya) atau barat (Indramayu).

PO MGI menyatakan bus trayek Pelabuhan Ratu ke Bogor dan sebaliknya yang kini melalui tol Bocimi.

Pengoperasian bus listrik ini dengan harapan kedepannya dapat menekan gas emisi dan menggantikan peran bus berbahan bakar minyak. Sehingga dapat mengurangi polusi udara di tanah air.

Penyebaran virus corona bisa dicegah oleh perusahaan otobus dengan berbagai cara. Termasuk lewat bus dengan konfigurasi bangku khusus.

Perjalanan perdana rute ini akan dimulai pada Sabtu (26/9) sore dari Jakarta. Namun untuk waktu keberangkatannya akan reguler pagi dan sore.

Volvo B11R adalah sasis bus bertipe tronton dengan dua gandar belakang. Mesin bus ini mengandalkan tipe D11 11.000 cc dengan transmisi matik I-Shift.

Trend double glass tak berlaku untuk bus-bus angkutan karyawan perusahaan. Seperti medium bus berbodi All New Tourista S dari karoseri Laksana ini.

Lalu berapa ongkos yang ditawarkan oleh PO Budiman di masa PSBB jilid II ini?

Bus tersebut ditengarai digarap oleh pabrikan Edison Motors dari Korea Selatan.

Bus berbodi Legacy SR-2 dari karoseri Laksana tersebut masih memakai warna kebesaran Sumber Alam, yakni silver dan biru.

PSBB hanya membolehkan kapasitas penumpang bus sebanyak 50 persen saja. Ini berdampak pada tingginya biaya operasional yang ditanggung perusahaan otobus.